Kamis, 09 April 2015

Kisah Abu Ibrahim Woyla Menjelang Tsunami Aceh (2)

4



          Usai singgah di makam Tgk Di Anjong, Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, lanjut Mukhlis, Abu melanjutkan perjalanan ke arah Gampong Jawa. Saat dalam perjalanan, ada seorang wanita paruh baya yang mengenal Abu. Spontan wanita tersebut memanggil Abu dan meminta Abu untuk singgah di rumahnya.
Rombongan Abu Woyla kemudian memenuhi permitaan dan singgah di rumah wanita tersebut. Wanita pemilik rumah itu, kata Mukhlis, menginginkan anaknya untuk minum air yang dicelupkan dengan musabah Abu Ibrahim.
Troh u rumoh ureung inong nyan, kamoe geupeugot kupi, tapi that suum ie jih sampe kamoe hana meuteme jep, tapi Abu geujep kupi nyan suum-suum. Lheun nyan Abu geucelup boh musabah lam ie nyang geubri keu aneuk ureung inong nyan (sampai di rumah wanita tersebut, kami disajikan kopi, tetapi airnya sangat panas hingga kami tidak sempat minum, tapi Abu langsung meminumnya walau masih airnya masih panas. Setelah itu Abu menyelupkan musabahnya ke dalam air yang akan diberi untuk anak wanita tersebut),” kata Mukhlis.
Tak beberapa lama di rumah wanita itu, Abu dan Mukhlis kemudian melanjutkan perjalanan  dari  Gampong Jawa dan kembali ke arah Peunayong, seterusnya sampai di depan RSUZA, Jalan T Nyak Arief. Di tempat itu Abu Ibrahim kemudian meminta kepada Mukhlis untuk mengarahkan kenderaan mereka ke Masjid Raya Baiturrahman.
Dalam sekejap saja, mobil yang dikendarai Mukhlis sudah berada di depan Mesjid Raya Baiturrahman. Di sana mobil dihentikan sesuai permintaan Abu. Dari dalam mobil, dengan kaca terbuka Abu menatap ke arah mesjid sembari melambaikan tangannya dengan gerakan arah telapak tangannya ke bawah. “Berkali-kali Abu melakukan itu,” ujar Mukhlis.
“Bak akhe Abu geugrak jaroe lhee goe arah u mesjid raya, lage tanda geukoh sipeu-peu (di akhir Abu menggerakkan tangannya tiga kali menghadap mesjid raya, seperti tanda memotong sesuatu),” tiru Mukhlis dengan gerakan tangannya dari arah kiri ke kanan.
Usai perjalanan singkat tersebut, Abu langsung kembali ke tempat ia menginap dan mengatakan kepada Mukhlis, jika Abu malam nanti akan berangkat ke Padang, Sumatra Barat. Sebelum berangkat, Mukhlis memohon izin kepada Abu bahwa ia tidak bisa menemani Abu ke Padang karena ia baru berkeluarga.
Menyoe meunan Do’a bak lon (kalau begitu doa dari saya),” ujar Mukhlis mengulang perkataan Abu kepadanya kala itu.
Dua hari setelahnya, Tsunami meluluhlantakkan Aceh begitu dahsyatnya. Namun kata Mukhlis, gelombang Tsunami yang datang pada 26 Desember 2004 lalu itu, sepertinya berhenti di seputaran kawasan Abu Ibrahim Woyla jalan-jalan di Banda Aceh sebelum Tsunami itu terjadi.
Setelah itu, Mukhlis pun tidak lagi mengetahui kegiatan Abu hingga gempa bumi dan Tsunami melanda Aceh. Baru pada hari keempat setelah kejadian yang menewaskan ratusan ribu umat manusia itu, Mukhlis bertemu kembali dengan Abu di salah satu rumah di kawasan Geuceu Komplek, Banda Aceh.
Lanjut Mukhlis, setelah bertemu di sana, pada sore hari Abu mengajak Mukhlis jalan-jalan ke Lhoknga. Kembali Mukhlis meminjam sebuah mobil milik kerabatnya yang juga mengenal Abu Ibrahim Woyla. Setibanya di kawasan Peukan Bada, Mukhlis melihat tumpukan sampah Tsunami yang belum dibersihkan dan masih ada mayat-mayat bergeletakan di sekitar mereka.
Melihat kondisi medan yang tidak mungkin dilewati, Mukhlis mengadu kepada Abu jika tidak mungkin mobil melewati jalan, karena masih banyak puing Tsunami dan benda tajam lain yang menghambat laju kenderaan mereka.
Hana peu-peu, tajak laju (tidak masalah, jalan saja),” begitu kata Abu ujar Mukhlis saat ia mengadu.
Mendengar kata Abu, Mukhlis pun terus mengendarai kendaraannya melewati puing Tsunami yang logikanya tidak mungkin dilewati oleh kendaraan. Mereka terus berjalan hingga ke jembatan yang terputus di kawasan Lhoknga, Aceh Besar.
Setiba di sana, kata Mukhlis, mereka berjumpa dengan seorang wanita yang mengenal sosok Abu Ibrahim Woyla. Wanita itu menceritakan, dalam musibah itu suaminya menjadi korban dan sampai hari keempat setelah Tsunami ia belum bertemu dan mengetahui nasib suaminya itu.
Lantas sambung Muklis, wanita itu meminta dirinya untuk menanyakan kepada Abu Ibrahim, bagaimana perihal suaminya nasib suaminya yang diseret arus Tsunami. Melalui Mukhlis, Abu menjawab singkat pertanyaan wanita tersebut.
“Suaminya sedang jalan- jalan jauh,” kata Abu Ibrahim kepada wanita itu melalui Mukhlis.
Di tempat itu, Abu Ibrahim bersama Mukhlis berada hingga langit mulai merah dan matahari akan tenggelam.
Kini, sepeninggal Abu Ibrahim Woyla yang berpulang ke Rahmatullah, beberapa tahun lalu tepatnya pada hari Sabtu pukul 16.00 WIB tanggal 18 Juli 2009 di rumah anaknya di Pasi Aceh, Kecamatan Woyla Induk, Kabupaten Aceh Barat, dalam usia 90 tahun, Mukhlis dengan beberapa rekannya hanya mengurusi dan membangun dayah Bustanul Huda Gampong Dayah Baro di Kabupaten Aceh Jaya.
Penuturan lelaki ramah dan berilmu agama ini, Dayah tempat dirinya dan santri lain memperdalam ilmu Islam sekarang ini, dibagun pada tahun 2006 silam dan amanah Abu Ibrahim Woyla semasa hidupnya.
Amanah Abu, bek meulake bak gop keu peudong dayah, peulaku ubee sangguop (Amanah Abu, jangan meminta- minta untuk mendirikan dayah, kerjakan sesuai kesanggupan),” tegas Mukhlis menirukan ucapan Abu.
Di atas balai kontruksi papan, dalam suasana sejuk suatu malam beberapa waktu lalu, di perbukitan yang hanya diterangi lampu neon dari genset. Mengingat waktu sudah lewat tengah malam dan rasa kantuk menghinggapi indra lihat, atas permintaan dua tamunya, malam itu Mukhlis pun mengakhiri pengalaman spiritualnya bersama Waliyullah Almarhum Abu Ibrahim Woyla.
Dikutip dari www.santridayah.com, Abu Ibrahim Woyla yang bernama lengkap Teungku (Ustadz/Kiyai) Ibrahim bin Teungku Sulaiman bin Teungku Husen dilahirkan di kampung Pasi Aceh, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat pada tahun 1919 M.
Menurut riwayat, pendidikan formal Abu Ibrahim Woyla hanya sempat menamatkan Sekolah Rakyat (SR), selebihnya menempuh pendidikan Dayah (Pesantren Salafi/Tradisional) selama hampir 25 tahun.
Sehingga dalam sejarah masa hidupnya Abu Ibrahim Woyla pernah belajar 12 tahun pada Syeikh Mahmud seorang ulama asal Lhoknga Aceh Besar yang kemudian mendirikan Dayah Bustanul Huda di Kecamatan Blang Pidie, Aceh Barat Daya.
Di antara murid Syeikh Mahmud ini, selain Abu Ibrahim Woyla juga ada Abuya Syeikh Muda Waly Al-Khalidy yang kemudian Abu Ibrahim Wayla berguru padanya. Abuya Muda Waly adalah seorang ulama tareqat naqsyabandiyah tersohor di Aceh.
Abu Ibrahim Woyla oleh banyak orang dikenal sebagai ulama agak pendiam dan ini sudah menjadi bawaannya sewaktu kecil hingga masa tua. Beliau hanya berkomunikasi bila ada hal yang perlu untuk disampaikan sehingga banyak orang yang tidak berani bertanya terhadap hal-hal yang terkesan aneh bila dikerjakan Abu Ibrahim Woyla.
Sikap Abu Ibrahim Woyla seperti itu sangat dirasakan oleh keluarganya, namun karena mereka sudah tau sifat dan pembawaannya demikian. Keluarga hanya bisa pasrah terhadap pilihan jalan hidup yang ditempuh Abu Ibrahim Woyla yang terkadang sikap dan tindakannya tidak masuk akal. Tapi begitulah orang mengenal sosok Abu Ibrahim Woyla.
syukran...

4 komentar:

  1. Terimaksh ats isian blognya ,saya suka

    BalasHapus
  2. semangat, lanjutkan perjuangan dan harapan beliau

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya IBU WINDA posisi sekarang di malaysia
      bekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
      setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
      sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
      sempat saya putus asah dan secara kebetulan
      saya buka FB ada seseorng berkomentar
      tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
      melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
      karna di malaysia ada pemasangan
      jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
      saya minta angka sama AKI NAWE
      angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
      terima kasih banyak AKI
      kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
      rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
      bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
      terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
      jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
      karna prediksi AKI tidak perna meleset
      saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan




      Hapus
  3. Sangat bermanfaat baca juga di

    Seur4moe

    BalasHapus

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com