Setiap kalimat meluncur dengan teratur dan penuh nada kesejukan, walaupun yang diperbincangkan merupakan masalah politik yang cukup pelik. Tidak heran dengan tugas berat yang diembannya sejak menjabat Ketua DPR Aceh, figurnya terkesan bersahaja.
Ketua DPRA, Tgk.H.Muharuddin, S.Sos.I |
Karakter yang dimilikinya juga menjadi modal penting, demi menghadapi berbagai persoalan sebagai wakil rakyat. Demikianlah sekilas sosok Muharuddin yang kini kembali menjadi anggota DPRA dari Partai Aceh untuk periode kedua.
Perjalanan hidup pria kelahiran Lhokseumawe, 37 tahun ini sungguh berliku. Masa mudanya lebih banyak dihabiskan di pesantren, dari menuntut ilmu hingga mengabdi menjadi pengajar.
Sempat punya cita-cita ingin kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, meski terganjal masalah biaya. Tidak tanggung-tanggung demi kuliah, dia rela hingga harus melanglang buana ke berbagi negara.
Muharuddin yang lebih dikenal dengan Tengku Muhar, juga menyimpan kisah pilu saat harus dipenjara. Walaupun tidak pernah ikut bertempur dan pegang senjata, namun dirinya dituduh GAM.
Namun siapa menduga kiprahnya berjalan mulus di dunia politik hingga menjadi Ketua DPRA. Lantas mengapa setelah sukses menjadi anggota legislatif, dirinya belum tertarik untuk mencalonkan diri menjadi eksekutif ?
Bagaimana kiatnya menghadapi berbagai persoalan saat menjadi wakil rakyat, terutama ketika harus bersentuhan dengan masyarakat dan konstituennya. Bagaimana pandangannya tentang dinamika kondisi Partai Aceh yang saat ini sedang disorot ? Simak kisahnya seperti yang dituturkan kepada Moslem di Komplek Sekretariat DPR Aceh di Banda Aceh, Senin (10/08) lalu.
Gagal ke Mesir
Seusai menamatkan SD Inpres di Seuneudon, dan SMP Alue Ie Puteh Kecamatan Baktiya, Muharuddin memutuskan melanjutkan pendidikannya ke pesantren. Awalnya sempat masuk ke Pesantren Darul Falah, Jeunib di Bireun selama 2 tahun.
Gagal ke Mesir
Seusai menamatkan SD Inpres di Seuneudon, dan SMP Alue Ie Puteh Kecamatan Baktiya, Muharuddin memutuskan melanjutkan pendidikannya ke pesantren. Awalnya sempat masuk ke Pesantren Darul Falah, Jeunib di Bireun selama 2 tahun.
Saat lebaran, abangnya yang tinggal di Jakarta membawa seorang mualaf dari Jawa Tengah. Karena umumnya Dayah Salafi menggunakan bahasa Aceh, akhirnya agar bisa bersama-sama menuntut ilmu memutuskan untuk pindah ke Pesantren Misbahul Ulum di Paloh. Di sini sistem pendidikan menggunakan Bahasa Indonesia, Inggris dan Arab selama 4 tahun.
Posisi lokasi pesantrennya bersebelahan dengan Kompleks PT.Arun, sebuah perusahaan gas alam di Lhokseumawe. Dari sini dia melihat sebuah ketidakadilan, dan ketimpangan ekonomi yang begitu jauh antara pekerja, dan masyarakat sekitar.
Alasan ini yang membuatnya kemudian mulai mengikuti ceramah yang dilakukan GAM. Lalu bergabung mengikuti latihan militer, dan memegang senjata. Namun demikian Muhar tidak pernah ikut bertempur di lapangan.
Selesai pada tahun 2000 seperti teman-teman yang lain sesama alumni, ia ingin juga menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, Mesir. Namun karena berasal dari keluarga kurang mampu, sayang niat tersebut tidak kesampaian.
Gagal melanjutkan kuliah, Muhar memutuskan untuk mengikuti tes Depag (sekarang Kemenag) hingga ke Jakarta. Walau hafalannya sudah 3 juz, sementara syarat diminta hanya 1 juz, Muhar tetap tidak lolos.
Gagal tes, Muhar ingin mewujudkan kembali keinginannya untuk kuliah. Dia ingin sekali menjadi sarjana atau mendapatkan titel Lc. Alasan inilah yang membawa perjalanan hidupnya hingga ke luar negeri, seperti Malaysia dan Thailand.
Niatnya hanya satu, bisa mendapatkan beasiswa di negara maju dengan melalui suaka politik. Muhar terus mencari informasi dari teman-temannya berasal dari Aceh yang sudah berhasil.
Bahkan dia pernah tinggal di Timtin, demi mendapatkan suaka politik ke Australia. Karena sempat terbesit kabar, jika masuk dari Timtim akan lebih mudah. Tidak seperti yang dibayangkannya, ternyata untuk ke Australia tetap sulit.
Hingga ada teman yang mengajaknya ke Kanada, hingga harus transit di Malaysia dan Thailand. Saat berada di Thailand untuk masuk ke Kanada, Selandia Baru dan Norwegia, waktu itu tinggal menunggu panggilan dari UNHCR.
Ketika mendengar ada perundingan damai Coha (Cessation of Hosttilities Agreement), karena kangen dengan kampung halaman, dia memutuskan untuk kembali ke Aceh pada 2002. Sayangnya perundingan damai tersebut gagal, Aceh kembali diamuk perang.
Nyaris ke Nusakambangan
Akhirnya Muhar kembali mengajar di Pesantren sebagai tenaga honor daerah, dan sebagai ustad. “Waktu itu setelah gagal kembali ke Thailand, saya nikmati saja aktivitas mengajar di Pesantren”, kisahnya.
Nyaris ke Nusakambangan
Akhirnya Muhar kembali mengajar di Pesantren sebagai tenaga honor daerah, dan sebagai ustad. “Waktu itu setelah gagal kembali ke Thailand, saya nikmati saja aktivitas mengajar di Pesantren”, kisahnya.
Sembari mengajar, dia sering menjadi pemandu (guide), bagi wartawan asing yang ingin meliput seputar konflik. Seperti membawa mereka melihat pasukan janda di Batee Iliek, dan bertemu panglima GAM waktu itu, mendiang Abdullah Syafie.
Hingga suatu peristiwa mengubah jalan hidup Muhar, ketika menceritakan bagian ini dia mengingat waktunya dengan tepat. Waktu itu usai Jumat sekitar pukul 15.00 pada 25 Juli 2003, pesantren tempatnya mengajar di gerebek. Tanpa diduga dari sinilah awal kisah pilu itu bermula. Dia ditangkap dengan tuduhan sebagai GAM.
Perjalanannya yang pernah tinggal di Timtim, lalu ke Thailand dengan dugaan memasok senjata, dan sering membawa wartawan asing. Lengkap sudah alasan untuk menangkapnya.
Dibawa dari satu pos ke pos yang lain, hingga diadili untuk menjalani hukuman selama 2 tahun 6 bulan. “Alhamdulillah tidak sampai 3 tahun. Sehingga saya tetap berada di Lhokseumawe.
Karena waktu itu untuk tahanan GAM yang kena hukuman 3 tahun ke atas, maka akan di kurung di LP Nusakambangan”, kisahnya.
Setelah bebas dari tahanan, dia mendapat tiket haji gratis. “Kalau pernah mendengar atau membaca di media ada santri yang masuk penjara itulah saya”, ujarnya.
Setelah damai pada 2005, Muhar kembali ke pesantren . Lalu saat GAM membentuk KPA (Komite Peralihan Aceh), oleh panglima KPA dia ditunjuk sebagai kepala biro penerangan Wilayah Pase.
Namun aktivitasnya sehari-hari tetap mengajar, dan menjadi ustad. Pada saat berdiri Partai Aceh, dia bergabung hingga pada pemilihan caleg pada 2009, dirinya ditunjuk sebagai salah satu calon legislatif dari daerah pemilihan Aceh Utara.
Hingga akhirnya Muhar terpilih dengan jumlah suara 3 terbanyak di dapilnya, dan duduk sebagai anggota DPRA. Pada 2014 mencalonkan diri lagi, dan terpilih untuk periode kedua. Saat ditanya apakah ada keinginan untuk maju menjadi calon eksekutif seperti menjadi bupati.
Muharuddin yang kini sedang mengambil program master pada Jurusan Manajemen Unsyiah menggeleng sembari mengatakan, “Belum kalau ke sana”. Kalau begitu apakah dirinya tetap memilih menjadi anggota dewan ? Lagi-lagi dia menjawab tidak lagi, dan cukup dua periode ini saja.
Lalu bagaimana pengalamannya selama menjadi wakil rakyat, terutama ketika menghadapi konstituen dari daerah pemilihannya. Dia mengungkapkan kerap banyak permintaan dari mereka. “Semua tetap diterima dan berusaha untuk dibantu”, ujar alumnus Sosial Islam Universitas Cut Nyak Dhien Medan ini.
Saat ditanya apakah berat menjadi seorang anggota DPRA. Sambil tersenyum dia berujar “Biasalah banyak orang yang mengutarakan kebutuhannya, itu semua harus didengar, dan dicarikan solusi.”
Saat ini tercuat isu tentang kondisi internal Partai Aceh yang cenderung mengarah perpecahan. Sebagai bagian dari Partai Aceh, ia memiliki pandangan sebagai berikut. “Masalah seperti itu biasa terjadi dalam sebuah organisasi seperti partai.
Dalam keluarga saja bisa terjadi beda pendapat apalagi ini sebuah partai”, ujarnya. Muharuddin berharap masalah komunikasi yang tersumbat pada partainya bisa terbuka.
Syukran...
Subhanallah..terinspirasi
BalasHapussaya IBU WINDA posisi sekarang di malaysia
BalasHapusbekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan